Hallo!
Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan pengertian tentang sikap kerja
dalam psikologi industri dan organisasi. Penulisan ini untuk menambah wawasan
saya sebagai penulis dan kalian para pembaca tulisan saya. Penulisan ini juga
untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi,
Sebelum
kita masuk pada pengertian Sikap Kerja, mari saya jelaskan terlebih dahulu apa
itu Psikologi Industri dan Organisasi!
Psikologi industri dan organisasi merupakan salah satu cabang dari
ilmu psikologi. Psikologi industri dan organisasi membahas psikologi dalam
lingkup organisasi atau aturan kerja. Banyak istilah yang digunakan untuk
menyebut psikologi industri dan organisasi. Inggris menyebut psikologi industri
dan organisasi sebagai Occupational Psychology. Work and
Organisational Psychology merupakan istilah yang digunakan di Eropa dan di
Amerika cabang psikologi ini disebut sebagai Industrial and Organizational
Psychology.
Pengertian Psikologi Industri dan Organisasi menurut Para
Ahli:
- Blum dan Naylor, menyebut psikologi industri dan organisasi sebagai aplikasi dari fakta dan prinsip psikologi pada masalah dalam konteks bisnis dan indutri.
- Guion, menjelaskan psikologi industri dan organisasi sebagai keilmuan yang mempelajari mengenai hubungan antara manusia dengan dunia kerja.
- A.S Munandar, mendefinisikan psikologi industri dan organisasi sebagai keilmuan yang mempelajari tingkah laku dari manusia yang dikaitkan dengan perannya sebagai tenaga kerja dan konsumen baik secara perorangan atau sebagai kelompok.
- Munsterberg, menyebutkan psikologi industri dan organisasi sebagai keilmuan yang mempelajari perilaku dari manusia didalam dunia kerja.
Nah!
Sudah taukan apa itu psikologi industri dan organisasi? Sekarang mari kita
masuk materi sikap kerjanya! :)
A.
Pengertian Sikap Kerja Menurut Para
Ahli:
- Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.
- Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Sementara Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu.
- Gibson (2003), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi
- Menurut pengertian dari Maulana (1995) “sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan di dalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan atau perusahaan. Maulana 1995 mendefinisikan mengenai pengertian sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan objak atau tidak, orang atau peristiwa. Ada tiga komponen dari suatu sikap yaitu pengertian (cognition), keharusan (affect), dan perilaku (behavior). Komponen cognition adalah segmen pendapat atau keyakinan akan suatu sikap. Komponen affect adalah segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap, sedangkan komponen behavior adalah suatu maksud untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Memandang sikap yang tersusun dari tiga komponen di atas, yaitu cognition, affect dan behavior akan membantu memahami kerumitan sikap dan hubungan yang potensial antar sikap dan perilaku.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
dapat disimpulkan pengertian sikap sebagai organisasi keyakinan-keyakinan yang
mengandung aspek kognitif, behavior dan afektif yang merupakan kesiapan mental
psikologis untuk mereaksi dan bertindak secara positif atau negatif terhadap
objek tertentu. Sikap dapat berubah dan dapat dipengaruhi, dapat dibina
dalam berbagai bidang kehidupan. Sikap negatif dapat dipengaruhi sehingga
menjadi positif, yang tadinya tidak senang menjadi senang, yang semula antipati
menjadi bersimpati, dan sebagainya.
B.
Tipe Sikap
Berbicara tentang tipe sikap, maka terdapat 3 (tiga) tipe sikap. Tipe sikap tersebut adalah
sebagai berikut:
- Kepuasan kerja yaitu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja, sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap perkerjaan tersebut.
- Keterlibatan kerja adalah mengukur derajat sejau mana atau sampai tingkat mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya dan menganggap kinerjanya penting bagi harga diri. Pegawai dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi dengan kuat memihak pada jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja tersebut. Tingkat keterlibatan kerja yang tinggi telah ditemukan berkaitan dengan kemangkiran yang lebih rendah dan tingkat permohonan berhenti yang lebih rendah.
- Komitmen pada organisasi adalah suatu keadaan atau sampai sejauh mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Seperti pada keterlibatan kerja bahwa komitmen pada organisasi memperlihatkan hubungan yang negatif antara kemangkiran dan tingkat keluar masuknya pegawai.
C.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari
interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara
berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
- Pengalaman pribadi untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
- Kebudayaan, B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
- Orang terdekat pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
- Media Massa sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
- Institusi Pendidikan dan Agama sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
- Faktor Emosi dalam Diri tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar