A. Pengertian Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat
§ Mitos
Mitos (bahasa Yunani:
μῦθος—
mythos) atau mite (bahasa Belanda:
mythe)
adalah cerita prosa
rakyat
yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang
alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar
terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih
luas, mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional. Di
dalam mitos bisa berisi asal usul alam semesta, dewa-dewa, supranatural,
pahlawan manusia atau masyarakat tertentu yang mana memiliki tujuan untuk
meneruskan dan menstabilkan kebudayaan, memberikan petunjuk hidup, melegalisir
aktivitas kebudayaan, pemberian makna hidup dan pemberian model pengetahuan
untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan dengan akal pikiran.
§ Legenda
Legenda (bahasa Latin:
legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai
cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda
sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history).
Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Menurut Buku Sari Kata
Bahasa Indonesia, Legenda adalah cerita rakyat zaman dahulu yang berkaitan
dengan peristiwa dan asal usul terjadinya suatu tempat.
Menurut
Pudentia, legenda
adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk
setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga
membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang
ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita
kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan
angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah
cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mitos, yaitu dianggap
benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah
dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal
yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
Jan
Harold Brunvand menggolongkan legenda menjadi empat kelompok, yaitu legenda
keagamaan (religious legends) legenda
alam gaib (supernatural legends), legenda
perseorangan (personal legends), dan
legenda setempat (local legends):
a) Legenda
Keagamaan
Legenda
keagamaan adalah legenda orang-orang yang dianggap suci atau saleh. Karya
semacam itu termasuk folklor karena versi asalnya masih tetap hidup di kalangan
masyarakat sebagai tradisi lisan. Di Jawa hagiografi menceritakan riwayat hidup
para wali penyebar Islam pada masa yang paling awal. Salah satu contohnya
adalah legenda Wali Sembilan (Wali Songo) mereka adalah Mau- lana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga,
Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.
Selain
sembilan wali tersebut, di Jawa masih banyak wali-wali lain. Legenda tentang
mereka mudah dikenali sebab makam- makamnya diziarahi pada peringatan
kematiannya (haul) yang disebut keramat atau punden. Para juru kunci itu pada
umumnya, dapat menceritakan legenda orang sucinya. D.A. Rinkes dalam bukunya
berjudul De Heiligen van Java (Orang-orang Saleh dari Jawa) menyebutkan
beberapa wali lain di antaranya: Syeh Abdul Muhyi, Syeh Siti Jenar, Sunan
Geseng, Ki Pandan Arang, dan Pangeran Panggung, Syeck Abdul Qodir Jaelani, dan
lain- lain.
b) Legenda
Alam Gaib
Legenda
semacam ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan
pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan
kebenaran ”takhayul” atau kepercayaan rakyat. Contoh legenda ini yaitu
kepercayan terhadap adanya hantu, gendruwo, sundel bolong serta nyi blorong.
c) Legenda
Perseorangan
Legenda
perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap
benar-benar terjadi. Di Indonesia legenda semacam ini banyak sekali. Di Jawa
Timur yang paling terkenal prosa rakyat itu sudah diubah sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan rumus cerita tokoh-tokoh rakyat tradisional.
d) Legenda
Setempat
Legenda
setempat adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan
bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu tempat, berbukit-bukit,
berjurang dan sebagainya. Legenda setempat yang berhubungan dengan nama suatu
tempat misalnya, legenda Kuningan. Kuningan adalah nama suatu kota kecil yang
terletak di lereng Gunung Ceremai, di sebelah selatan kota Cirebon, Jawa Barat.
Contoh lain mengenai legenda setempat yang berhubungan erat dengan nama tempat
adalah legenda “Anak-anak Dalem Solo yang Mengembara Mencari Sumber Bau Harum”.
Legenda ini berasal dari Trunyan, Bali. Legenda ini dapat dimasukkan ke dalam
golongan legenda setempat karena menceritakan asal mula nama beberapa desa di
sekitar Danau Batur, seperti Kedisan, Abang Dukuh, dan Trunyan. Selain itu
contoh-contoh lain legenda setempat ini misalnya ”Asal Mula Nama Banyuwangi”,
serta legenda ”Roro Jongrang”, ”Tangkuban Perahu”, ”Asal Mula nama Tengger dan
Terjadinya Gunung Batok” serta “asal mula nama kota Bogor”.
§ Cerita
Rakyat
Cerita
rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam
masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas disetiap bangsa yang
mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam yang mencakup kekayaan budaya dan
sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya cerita rakyat ini
mengisahkan mengenai suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu
tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan
dalam bentuk binatang, manusia dan dewa. Dalam cerita rakyat ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
·
Disampaikan turun-temurun
·
Tidak diketahui siapa yang pertama
kali membuatnya
·
Kaya nilai-nilai luhur
·
Bersifat tradisional
·
Memiliki banyak versi dan variasi
·
Mempunyai bentuk-bentuk klise dalam
susunan atau cara pengungkapkannya
·
Bersifat anonim artinya nama
pengarang tidak ada
·
Berkembang dari mulut ke mulut
·
Cerita rakyat disampaikan secara
lisan
Sedangkan jenis-jenis cerita rakyat sebagai berikut:
o
Cerita binatang
o
Cerita Jenaka
o
Cerita Asal-Usul
o
Cerita Pelibur Lara
Mitos
|
Legenda
|
Cerita
Rakyat
|
Mitos adalah cerita yang belum jelas terjadinya
karena tidak ada bukti otentik yang bisa membuktikan kebenarannya.
|
Legenda
adalah cerita rakyat dimasa lampau yang benar-benar terjadi dan biasanya
memiliki bukti otentik.
|
Cerita
Rakyat itu biasanya cerita tentang kebudayaan asal muasal suatu tempat atau
kejadian.
|
Menceritakan
tentang asal usul alam semesta, manusia atau bangsa yang diungkapkan dengan
dongeng-dongeng gaib dan mengandung arti yang dalam.
|
Mirip
dengan mitos yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci
hanya dianggap sebagai suatu yang pernah terjadi
|
Umunya
mengisahkan tentang suatu kejadian disuatu tempat atau asal-usul suatu tempat
|
Mitos juga
mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan dan perang mereka.
|
Legenda ditokohi oleh manusi, ada
kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan
dengan makhluk ajaib.
|
Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam
cerita umunya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa
|
Menceritakan
tentang asal usul alam semesta, manusia atau bangsa yang diungkapkan dengan
dongeng-dongeng gaib dan mengandung arti yang dalam.
|
Mirip
dengan mitos yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci
hanya dianggap sebagai suatu yang pernah terjadi
|
Umunya
mengisahkan tentang suatu kejadian disuatu tempat atau asal-usul suatu tempat
|
C. Contoh
dari Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat
No.
|
Mitos
|
Legenda
|
Cerita
Rakyat
|
1.
|
Cerita terjadinya mado-mado atau marga di Nias
(Sumatra Utara).
|
Legenda Wali
Sembilan (Wali Songo)
|
Lutung Kasarung.
|
2.
|
Cerita barong di Bali.
|
Hantu,
gendruwo, sundel bolong serta nyi blorong.
|
Pak Belalang
|
3.
|
Cerita Nyai Roro Kidul (Ratu Laut Selatan).
|
Ande-Ande
Lumut
|
Kura-Kura dan Kelinci
|
4.
|
Cerita Joko Tarub.
|
Tangkuban
Perahu
|
|
D. Cara
Manusia Memperoleh Pengetahuan
Pada dasarnya manusia memiliki keingintahuan yang amat
besar. Seperti sudah fitrahnya, bahwa apa yang dilihat, atau dirasakan akan
berbuah pertanyaan dalam benaknya. ‘Apa ini?’,’ Apa itu?’,’ Mengapa ini
begini dan begitu?’ adalah hasil dari rasa ingin tahu tentang sesuatu.
Selanjutnya pertanyaan akan berkembang menjadi ‘bagaimana hal itu terjadi?’,
‘bagaimana mengatasinya?’, ‘bagaimana dampaknya?’. Dari yang hanya
sekedar apa ini/itu menjadi bagaimana ini/itu tersebut terjadi. Intinya
pertanyaan menjadi lebih kompleks dan kita akan berusaha untuk mencari
jawab atas pertanyaan itu. Dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata
yang diusahakan itu esensinya adalah pengetahuan (jawaban) yang
benar atau disebut sebagai kebenaran.
Dalam bukunya, Suryabrata (2004) mengungkapkan bahwa hasrat
ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan mengenai hal
yang dipertanyakannya. Dan pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan
yang benar. Pengetahuan yang benar atau kebenaran memang secara inherent
dapat dicapai manusia, baik melalui pendekatan non-ilmiah maupun pendekatan
ilmiah.
Pendekatan ilmiah menuntut dilakukannya cara-cara atau
langkah-langkah tertentu dengan perurutan tertentu agar dapat dicapai
pengetahuan yang benar itu. Namun, tidak semua orang melewati tertib pendekatan
ilmiah itu untuk sampai kepada pengetahuan yang benar mengenai hal yang
dipertanyakannya. Bahkan di kalangan masyarakat banyak pendekatan non
ilmiah ini yang paling sering digunakan.
a)
Pendekatan
Non Ilmiah
Ada beberapa pendekatan non-ilmiah yang banyak digunakan :
-
Akal
Sehat (Common sense) → Akal sehat
adalah serangkaian konsep dan bagan konseptual yang memuaskan untuk penggunaan
praktis bagi kemanusiaan (Kerlinger, 1986). Konsep adalah kata yang menyatakan
abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus. Bagan konsep
adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotetis dan
teoretis. Akal sehat dapat saja menyajikan hal-hal yang benar, namun dapat pula
menyesatkan
-
Prasangka → Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal inilah yang menyebabkan akal sehat
mudah beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung mempersempit
pengamatannya karena diwarnai oleh pengamatannya itu, dan cenderung
mengkambinghitamkan orang lain atau menyokong suatu pendapat. Dengan akal
sehat orang cenderung kea rah pembuatan generalisasi yang terlalu luas, yang
lalu merupakan prasangka.
-
Pendekatan
Intuitif → Dalam pendekatan intuitif orang
menentukan ‘pendapat’ mengenai sesuatu berdasar atas ‘pengetahuan’ yang
langsung atau di dapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau
yang tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intuisiorang memberikan penilaian
tanpa didahului oleh suatu renungan. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu
sukar di percaya. Disini tidak terdapat langkah-langkah yang sistematik dan
terkendali. Metode tersebut disebut sebagai metode a priori. Dalil-dalil
seseorang yang a priori cocok dengan penalaran, namun belum tentu cocok dengan
pengalaman atau data empiris.
-
Penemuan
Kebetulan dan Coba-coba (Trial and Error) →
Meskipun pada beberapa hal penemuan kebetulan ini dapat berguna, namun ia bukan
pendekatan ilmiah. Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak
pasti, serta tidak melalui langkah-langkah yang sistematis dan terkendali.
Sementara Penemuan trial and error diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya
suatu kondisi tertentu atau pemecahan sesuatu masalah. Usaha coba-coba pada
umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan
tertentu. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian
usaha, kurang efisien dan tidak terkontrol.
-
Pendapat
Otoritas Ilmiah dan Pikiran Kritis
→ Pendapat otoritas ilmiah (orang dengan pendidikan formal yang tinggi) sering
diterima orang tanpa diuji, karena dianggap sudah benar. Padahal bisa saja
tidak benar, karena pendapat bukan hasil penelitian, namun hanya didasarkan
pada sebuah pemikiran logis.
b)
Pendekatan
Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah didapat
melalui penelitian ilmiah yang dibangun atas dasar teori tertentu. Teori itu
berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan
terkontrol berdasarkan atas data empiris. Teori itu dapat diuji dalam hal
keajegan dan kemantapan internalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan
orang lain menurut langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang sama akan
diperoleh hasil yang ajeg, yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil
terdahulu. Langkah-langkah penelitian yang teratur dan terkontrol telah
terpolakan dan sampai batas-batas tertentu telah diakui umum. Pendekatan ilmiah
akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hamper setiap orang, karena
pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias dan perasan.
Cara penyimpulannya bukan subjektif melainkan objektif. Dengan pendekatan
ilmiah itu orang berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan
benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang menghendaki
untuk mengujinya.
E.
Menjelaskan
Kembali Bagaimana Manusia Begitu Mudah Menerima Mitos Karena Akibat
Keterbatasan Penalaran dan Keingintahuannya Untuk Sementara Dapat Terjawab
Beberapa faktor yang menyebabkan mitos dan beberapa hal
berikutnya dapat timbul ialah:
-
Keterbatasan pengetahuan manusia,
pada umunya manusia memperoleh informasi dari cerita orang yang mengetahui akan
suatu hal. Kemudian hal ini bepindah telinga kepada manusia yang lain. yang
menjadi masalah adalah kebenaran tentang informasi atau pengetahuan yang muncul
dan telah menyebar tersebut.
-
Keterbatasan manusia dalam
menalarkan sesuatu, ini dikarenakan kemampuan berpikir manusia pada saat itu
masih latih. Sehingga pemikiran yan dihasilkan dapat benar dan dapat pula
salah.
-
Keingintahuan manusia yang telah terpenuhi
untuk sementara, mengadung pengertian bahwa ketika manusia tlah mampu
menalarkan sedikit hal yang ada dalam pikirannya maka disitulah letak kepuasan
manusia yang diterimanya secara intuisi.
-
Keterbatasan alat indera manusia,
selain beberapa hal diatas keterbatasan manusia terhadap bagaimana Ia
menggunakan alat inderanay masih terbatas sehingga jangkauan yang sangat detail
dalam suatu penciptaan hal yang baru masih bisa diragukan.